10. Mud Density Sensor
Fungsi Mud Density Sensor untuk mengukur perubahan
berat jenis lumpur bor baik yang masuk ke dalam sumur maupun yang keluar dari
sumur. Dengan demikian, Driller dapat mengetahui gejala-gejala kesulitan
pemboran yang ditunjukkan dari perubahan berat jenis lumpur bor terutama yang
keluar dari dalam sumur, yaitu :
a. Jika berat jenis lumpur yang keluar dari sumur mendadak
berkurang jauh sekali tidak setara dengan berat jenis lumpur bos yang masuk ke
dalam sumur, maka hal ini memberikan tanda-tanda sumur akan menyembur.
b. Jika berat jenis lumpur yang keluar dari sumur mendadak
bertambah jauh sekali tidak seara dengan berat jenis lumpur bor yang masuk ke
dalam sumur, maka hal ini memberikan tanda-tanda terjadi pertambahan partikel
padat (misalnya pasir) di dalam sistem lumpur bor, sehingga hilang lumpur
mungkin dapat terjadi pada zone-zone lemah.
Cara kerja alat
ukur ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Sebuah pelampung
diapungkan pada lumpur bor, sehingga setiap perubahan aka direkam dengan tenaga
listrik oleh Mud Density Sensor.
Dengan demikian, setiap perubahan berat jenis lumpur dapat dibaca dalam bentuk
digital yang sangat peka.
Sebuah Mud Density Sensor dipasang pada suction
tank untuk merekam berat jenis lumpur yang masuk ke dalam sumur, dan sebuah
lagi dipasang di shale shaker tank untuk merekam berat jenis lumpur yang
keluar dari sumur. Pada kondisi normal hasil pengukuran berat jenis lumpur di
kedua tempat tersebut harus sama. Rentang batas kapasitas Mud Density Sensor sekitar -025 Lbs/gal
atau 0-3 Gr/cc. Bentuk alat ini dapat dilihat pada gambar .
Hal-hal yang
perlu diperhatikan pada alat ukur ini antara lain :
a. Pasang sensor-sensor pelampung pada suction tank dan
shale shaker tank dengan posisi yang benar, agar setiap terjadi perubahan berat
jenis lumpur bor / fluida pemboran lainnya baik yang masuk ke dalam sumur
maupun yang keluar dari sumur dapat direkam dengan baik.
b. Sensor-sensor pelampung harus dibersihkan dari
kerak-kerak lumpur bor, agar dapat merekam setiap perubahan berat jenis lumpur
bor dengan benar.
c. Lakukan kalibrasi pada Mud Density Sensor sesuai dengan berat jenis lumpur bor / fluida
pemboran lainnya yang disimpan di dalam mud tank.
11. Inclination & Direction Hole
Survey
Fungsi Inclination & Direction
Hole Survey untuk merekam kemiringan dan arah lubang sumur. Dengan
demikian, Driller mengetahui perubahan keadaan lubang sumur, agar dapat
mencapai target pemboran yang telah direncanakan dengan baik.
Beberapa pabrik pembuat alat ukur ini ada yang hanya untuk mengukur
kemiringan lubang saja (TOTCO survey
tool), pada alat ukur ini hanya menggunakan bandul pendulum saja. Sedangkan
yang mengukur kemiringan dan arah lubang sumur (EASTMAN, SPERRY SUN survey tool), pada alat ukur ini dilengkapi
dengan magnit untuk menunjukkan arah lubang sumur saat itu.
Menurut cara
perekamannya dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Single shot.
Pada alat ukur ini hanya merekam satu kali rekaman saja pada sekali
pengukuran alat ukur didalam sumur.
b. Multiple shot.
Pada alat ukur ini dapat merekam lebih dari satu rekaman pada sekali
pengukuran alat ukur di dalam sumur.
Bentuk alat ini dapat dilihat pada gambar .
Cara kerja alat ukur ini dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Inclination Survey
Pada alat ukur ini terdapat jarum penunjuk kemiringan lubang sumur,
bandul penunjuk, chart skala kemiringan lubang sumur, dan piring penahan chart
penunjuk kemiringan lubang sumur.
Pada saat pengukuran kemiringan lubang sumur dilakukan, maka posisi
bandul akan berada sesuai dengan kemiringan lubang sumur saat itu. Setelah
waktu pengukuran berakhir sebiah jarum penunjuk kemiringan lubang akan menusuk
/ memberi tanda pada chart skala kemiringan lubang sumur saat itu. Jadi, hasil
rekaman alat ukur ini hanya berupa tanda titik didaerah
lingkaran-lingkaran kemiringan lubang sumur saat itu.
b. Inclination & Direction Survey.
Pada alat ukur ini terdapat batu battery, bola lampu, film, magnit jarum,
bandul penunjuk kemiringan lubang, dan alat pencuci film.
Pada saat alat ukur ini berada di kedalaman tertentu, maka jarum kompas
akan menunjukkan posisi arah kutub-kutub magnit bumi, sehingga dapat diketahui
arah lubang sumur saat itu, bersamaan itu pula bandul penunjuk akan berada pada
posisi kemiringan lubang sumur saat itu. Pada posisi ini battery memberikan
arus listrik ke pada bola lampu dan bola lampu hidup meninari film yang
menunjukkan posisi lubang sumur. Saat itu pula posisi tool face dari
directional survey juga terekam pada film tersebut. Setelah film berada
dipermukaan dicuci untuk mengetahui arah, kemiringan lubang sumur, dan posisi
tool face pada kedalaman pengukuran.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan pada alat ukur ini antara lain :
a. Periksa alat ukur tersebut dengan teliti, agar yakin
dapat berfungsi/bekerja baik sebelum alat ukur dimasukkan ke dalam sumur.
b. Lakukan kalibrasi secara periodik agar hasil
perekamannya benar.
c. Pada saat melakukan pengukuran, posisi rangkaian pipa
bor harus dalam keadaan diam.
d. Gunakan jumlah Non Magnetic Drill Collar yang cukup
untuk melindungi penunjukan arah magnit kompas pada posisi yang benar.
12. Gas Sensor
Fungsi Gas Sensor untuk mendeteksi, mencatat,
dan menganalisa baik secara kuantitatif maupun kualitatif serta komposisi gas
yang terikut kedalam sistem lumpur bor.
Menurut
fungsinya, Gas Sensor ini dapat
dibedakan dengan beberapa jenis alat ukur antara lain :
a.
Gas detector.
b.
Gas Chromatograph.
c.
Gas Cromatologger.
d.
Hydrogen Sulphide Sensor.
a. Gas Detector
Fungsi Gas Detector untuk mengukur kadar gas
hidro karbon ringan yang terikut ke dalam sistem lumpur bor yang dapat
dipisahkan secara terus-menerus oleh Degasser.
Gas yang masuk ke dalam sistem lumpur dapat menurunkan berat jenis lumpur,
sehingga Driller dapat segera mengantisipasi kesulitan pemboran yang
akan terjadi.
Pengukuran
kandungan gas di dalam sistem lumpur dapat dibedakan dalam 3 kondisi yaitu :
a. Background Gas (BG).
Kandungan gas yang masuk ke dalam sistem lumpur ketika pemboran sedang
berlangsung.
b. Trip Gas (TG).
Kandungan gas yang masuk ke dalam sistem lumpur ketika melakukan round
trip (misal cabut/masuk ganti pahat bor).
c. Connection Gas (CG).
Kandungan gas yang masuk ke dalam sistem lumpur ketika menyambung
rangkaian pipa bor.
Cara kerja alat
ukur ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Sensor penangkap
gas dipasang pada saluran lumpur yang keluar dari sumur. Gas yang terperangkap
akan mengalir ke Gas Sensor.
Konsentrasi gas tersebut diukur dalam satuan persen (maksimum 100%).
b. Gas Chromatograph
Fungsi Gas Chromatograph untuk mengukur
kuantitas dan kualitas ekstrak gas yang terikut ke dalam sistem lumpur bor.
c. Gas Chromatologger
Fungsi Gas Chromatologger untuk
mengidentifikasi persen komponen gas yang terikut ke dalam sistem lumpur bor,
sehingga dapat diketahui persentasi gas Methane (C1), Gas Ethane (C2),
Gas Propane (C3), Gas Iso Butane (i-C4), dan Gas Normal
Butane (n-C4).
Hasil pengukuran
ini dapat direkam pada Chromatografik.
d. Hydrogen Sulphide Sensor
Fungsi Hydrogen Sulphide Sensor untuk mengukur
kadar ekstrak gas H2 S yang terikut ke dalam sistem lumpur bor.
Dengan demikian, Driller dapat segera mengambil tindakan pengamanan,
karena gas H2 S yang berkonsentrasi tinggi ( > 100 ppm ) sangat
membahayakan terhadap manusia, binatang, dan peralatan bor & sumur.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan pada alat-alat ukur gas ini antara lain :
a.
Periksa dan bersihkan alat penangkap ekstrak gas di
saluran lumpur yang keluar dari sumur, agar gas yang keluar dari sistem lumpur
dapat langsung ditangkap oleh sensor penangkap gas.
b.
Periksa pipa saluran gas ke Gas Sensor, jangan sampai bocor atau terjepit, agar
semua gas yang ditangkap dapat diukur dengan baik pada setiap saat.
c.
Lakukan kalibrasi secara periodik, agar hasil
pengukurannya sesuai dengan kondisi yang benar.
0 Comment to "Instrument RIG Pemboran Jilid V"
Post a Comment